Rupiah kian melemah. Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit Mentah Sebagai Bahan Bakar Kendaraan. Amankah Bagi Mesin?
Mungkin terdengar mengkhawatirkan. Mengapa harus mengganti minyak bumi dengan biofuel. Apakah lebih mutakhir, efisiensi energi, dan tepatguna? lalu amankah mesin kendaraan kita? Semua pertanyaan tersebut sebenarnya berhubungan dengan sebuah misi penyelamatan. Misi penyelamatan? yah tepat sekali.
2018 ini Indonesia sedang menghadapi masa dimana nilai rupiah melemah. Per tanggal hari ini 15 September 2018 nilai tukar rupiah terhadap USD sebesar 14.808.01 rupiah. Berdasar realita tersebut, pemerintah mengimplementasikan langkah ini dalam misi penyelamatan demi menekan nilai impor bahan bakar dari luar negeri karena semakin banyak impor maka dollar terus bermain dan menekan rupiah. Kita tidak akan terlalu jauh membahas misi penyelamatan ini, saya rasa sudah banyak ulasan lainnya akan hal itu. Kita akan mengunci satu topik kali ini yakni pemanfaatan CPO (Crude Palm Oil/minyak sawit mentah) sebagai bahan bakar amankah bagi mesin kendaraan kita?
Minyak kelapa sawit adalah potensi sumber daya yang melimpah di Indonesia. Bahkan dunia mengakui Indonesia sebagai tuan atas minyak nabati ini. Minyak kelapa sawit mentah/ CPO memiliki ciri berwarna merah karena kandungan beta karoten yang tinggi. Sekedar informasi Beta karoten sendiri adalah pigmen pada tumbuhan dan juga buah-buahan. Oke ini tidak ada hubungannya dengan topik kita sih hehe.
Minyak kelapa sawit/CPO dapat digunakan untuk memproduksi biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Ester metil pada minyak sawit adalah produk turunan dari asam lemaknya yang mudah terbakar sehingga menghasilkan energi melalui proses transesterifikasi. Menurut wikipedia transesterifikasi dalam kimia organik adalah pertukaran gugus organik R" pada suatu Ester dengan gugus organik R' dari alkohol (-OH). Sampai disini kita harus tahu bahwa biodiesel minyak sawit dalam penggunaannya seringkali dikombinasikan dengan bahan bakar lainnya, pemerintah Indonesia memanfaatkan solar sebagai bahan bakar subsidi untuk mengkombinasikan biodiesel minyak nabati yang disebut B-20. Komposisi CPO dalam B-20 adalah sebesar 20%, jadi bukan mengganti seperti yang ada di pendahuluan di atas. Kombinasi mungkin lebih tepatnya. Apakah aman bagi mesin kendaraan? Seharusnya aman. Karena, struktur kimia dari CPO itu sendiri sudah dimodifikasi melalui proses transesterifikasi itu tadi. Sehingga fungsinya sudah beralih menjadi bahan bakar bio bagi kendaraan. Biodiesel dari minyak sawit ini juga sudah memenuhi standar biodiesel yang ditetapkan oleh Uni Eropa. Fasilitas pengolahan minyak sawit menjadi biodiesel yang terbesar berada di Singapura, yang dioperasikan oleh perusahaan asal Finlandia, Neste Oil. (https://id.m.wikipedia.org)
Pengujian penggunaan B-20 pada beberapa jenis kendaraan juga sudah melewati pengujian secara bertahap, dari B-15 hingga B-20 bisa jadi kedepannya komposisi biodiesel dari CPO akan semakin besar. Kita tidak perlu khawatir mengenai hal itu, yang perlu kita waspadai adalah kecurangan pengusaha SPBU dalam hal ini sebab bisa saja demi menaikkan volume cadangan bahan bakar mereka menggunakan air dimana hal ini ilegal tanpa pengawasan ketat dan itu yang berdampak pada kerusakan mesin. Sebagai saran penggunaan water separator pada mesin kendaraan kita, bisa menjadi antisipasi dalam hal ini.
Tidak perlu ragu dan khawatir lagi soal kebijakan pemerintah yang satu ini yah. Pemerintah kita sedang berupaya sekarang untuk menguatkan rupiah lagi. Kita sebagai masyarakat hanya perlu mendukung segala upaya tersebut dan memanfaatkan kekayaan alam kita sendiri untuk memenuhi kebutuhan secara lebih kreatif dan inovatif.